Klaim Sejarah

”Sejarah ditulis oleh yang menang”, demikian kalimat ini disusun. Seorang sejarawan menyatakan bahwa para penguasa selalu berusaha menguasai tafsir sejarah guna melegitimasi kekuasaan, seperti dilakukan Ken Arok ketika mendirikan Singasari dan membuat silsilah yang menerangkan bahwa dia keturunan Raja-raja Mataram. Dalam konteks ini, sejarah memainkan peranannya sebagai sarana propaganda dan melupakan mission sacre-nya sebagai sebuah ilmu objektif yang mengungkap kebenaran.

Pada masa Orde Baru, senantiasa menjadikan bulan maret sebagai bulan propaganda, ada dua peristiwa yang menoreh catatan sejarah bagi figur Soeharto, Serangan Umum 1 Maret 1949 dan Supersemar (Surat Perintah 11 Maret) 1966. Dua momentum historis yang selalu mendapat perhatian khusus Regim tersebut untuk memitoskan dan memberi kesan diri sebagai The Living Legend hingga terbentuk memori kolektif suatu bangsa, dan bahkan mampu menjadikan figur seorang sebagai siapa pahlawan dan siapa pengkhianat.

Selama Orde Baru berkuasa, Soeharto dan pemerintahannya mengklaim sebagai penggagas atau yang berinisiatif atas peristiwa enam jam di Yogyakarta dan meminggirkan peran Sri Sultan HB IX. Klaim tak hanya melalui buku-buku sejarah yang dipergunakan jutaan generasi bangsa ini, juga melalui film dengan adegan pertemuan Soeharto dengan Sri Sultan HB IX yang terpangkas.

Beberapa bukti menyatakan bahwa Sri Sultan HB IX mengirim surat ke Panglima Besar Jenderal Sudirman yang isinya minta izin untuk melakukan serangan besar-besaran terhadap Belanda. Surat ini dibuat setelah pada awal Februari mendengarkan radio bahwa PBB akan membicarakan Indonesia.

Pada tahun 1973, saat meresmikan Monumen SU 1 Maret di Yogyakarta, Sri Sultan IX menyampaikannya sepatah kata, ”Kami berdua memutuskan melakukan serangan 1 Maret, supaya Pak Harto yang bertanggungjawab serangannya, saya menanggung risikonya di dalam kota”.

Ketika 16 tahun kemudian, yaitu 1989, Soeharto menerbitkan buku “Soeharto: Ucapan dan Tindakan Saya”, yang mengejutkan, dalam buku itu, Soeharto menulis bahwa sebelum 1 Maret dia belum pernah bertemu Sri Sultan. Bagaimana sejarah bisa lurus, jika dua penyataan dari dua saksi berbeda? Histori bangsa dijadikan bola pingpong.

Mungkin, bukan sesuatu yang penting siapa yang mengambil prakarsa serangan I Maret tersebut, namun yang terpenting adalah sejarah atas peristiwa tetap harus diluruskan. Kemudian yang lebih penting lagi bagi kaum muda yaitu dapat mengambil hikmah dan mempertajam daya kritis bahwa sejarah selalu menjadi bagian penting alat legitimasi kekuasaan, sehingga belum tentu “Si Pahlawan” adalah pahlawan dan “Si Penghianat” adalah penghianat.

51 pemikiran pada “Klaim Sejarah

  1. Kekuasaan memang cukup dahsyat, untuk membuat citra baik bagi seseorang yang berkuasa dalam sejarah yang dia buat tetapi yang namanya kebenaran tetaplah kebenaran dan dusta tetaplah dusta suatu saat akan terbukti

  2. itu memang kenyataan yang tak terbantahkan, pak aryo. sejarah seringkali diputar-balik demi kekuasaan. rezim orba telah membuat sejarah negeri ini simpang siur. yang repot adalah anak-anak sekolah, mereka menemukan banyak versi ttg kebenaran sejarah. tak hanya ttg serangan umum 1 maret di jogya, tapi juga belum tersingkapnya tabir supersemar atau dalang yang bersembunyi di balik persitiwa G 30 S. semoga saja sejarah peradaban negeri ini bisa membuktikan kebenarannya, pak.

  3. fakta sejarah bisa diputarbalikkan sesuai kepentingan sang penguasa. jadi ingin tau apa yg sekarang dipakai di buku sejarah SD-SMU: versi suharto atau HB

  4. @ronggo: wuih, nulis nomor hape di sini. hati2 mas…
    @laporan: “Histori bangsa dijadikan bola pingpong”, saya suka kalimat ini.

    btw, ngomong soal sejarah nih, saya sempat bingung dan belum ada solusi coba seandainya internet itu nggak ada. Bagaimana saya akan membuat ilustrasi jika harus bertanya dulu pada ahlinya. iya nggak, mas?

    oya, namanya siapa ya. Saya pingin kenal juga. Balas di blog sy

  5. setiap individu memiliki sejarahnya masing-masing. Sehingga setiap orang bisa saling mengklaim tentang sebuah peristiwa yang ia lakoni bersama orang lain. tapi aneh juga bila substansinya berbeda….

  6. satu peristiwa memang bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda. tapi kalo yang satu ngaku ketemu yang satu enggak, lah berarti dulu itu ketemu sama hantunya atau apa?
    yang jelas, sejarah bangsa yang diceritakan kepada kita selama ini memang cenderung untuk mendukung eksistensi suatu pihak.
    mana sekarang cerita tentang G30S/PKI?

  7. Itulah yang paling tidak saya suka dari ilmu2 sosial. Berbeda dengan ilmu2 alam, ilmu2 sosial sangat rentan dengan manipulasi. Manipulasi di sini adalah pembengkokan ilmu tersebut guna kepentingan segelintir orang terutama oleh orang2 yang berkuasa. Lihat saja, ilmu politik, hukum, sejarah semuanya bisa dibengkok2an seenaknya sendiri guna kepentingan sekelompok manusia…. Hal tersebut diperparah jikalau pembengkokan tersebut terjadi pada bangsa yang “belum stabil” seperti bangsa kita ini……

  8. @ Yari NK
    Jangan salah pak, Ilmu-ilmu alam juga lebih parah manipulasinya.
    Manipulasi pada Ilmu-ilmu sosial paling hanya sebatas membuat orang menjadi anti pemerintah.
    Tetapi manipulasi di bidang ilmu alam, sepertinya Teori Evolusi, bisa membuat orang menjadi Anti Tuhan.

  9. Itu kenapa, selain mendapatkan jejalan teori sejarah mainstream, kita pun mutlak mempelajari sejarah di luar mainstream. Karena kecenderungannya memang begitu: sejarah dibuat oleh pihak yang menang.

    Persoalannya adalah: apakah pihak yang menang itu memang mau bersikap fair dengan segala apa yang terjadi. Kalau tidak, memang mesti ada yang berani meneliti sejarah. Dan itu bukan saja tugas sejarawan. Mas Aryo sudah memulai 😉

  10. @ Achmad
    Benar pak Achmad, sejarah yang telah dibelokan tetap harus diluruskan, karena merupakan identitas. Sepahit apapun sejarah harus diterima apa adanya. Apa artinya baik jika hanya rekayasa. Bisa dibayangkan pak, bagaimana dulu tingkat pengangguran rendah, ekspor beras, atau pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya permainan angka oleh penguasa supaya mendapat citra baik.

    @ Kishandoyo
    Wah, sulit pak, dulu pusat alam semesta adalah bumi. Setelah temuan Galileo maka direvisi pusat alam semesta matahari, kemudian, sekarang matahari juga bukan pusat alam semesta. Mungkin kebenaran selalu mencari. Bisa pula kebenaran adalah hasil konsesus, contoh di Belanda punya ganja < 1 gram bukan kriminal (“benar”), di Indonesia seberapa pun tetap kriminal (“salah”).

    @ Sawali
    Benar pak, sulit diterima jika sejarah dicacat berdasarkan rekayasa sehingga tidak sesuai dengan kronologi yang sebenarnya demi keuntungan pribadi dan golongan semata. Suatu usaha secara terencana dan terorganisasi untuk melakukan kebohongan publik. Begitulah pak, mungkin bahkan ratusan generasi penerus bangsa ini mendapat input dari sejarah yang telah dibelokkan. Seperti halnya bagaimana jika kita memiliki Daftar Riwayat Hidup atau KTP yang palsu, begitu pula suatu bangsa. “Hiks” kalau dihitung buanyak pak Sawali, selain itu juga Tan Malaka, Supriyadi (PETA), dsb.

    @ Ronggo
    Begitulah pak Ronggo, penguasa sering menulis sejarah atas semau gue.

    @ Nita
    “Hiks”, mbak Nita malah ingin belajar lagi buku sejarah SD-SMU. Eh di luar negeri kan malah banyak sumber literatur yang mengungkap fakta G 30 September secara lebih objektif dibandingkan buku-buku yang di Indonesia.

    @ Ronggo
    Betul pak Ronggo, saya tinggal di Semarang, sudah 9 tahun mencari sesuap nasi di sini. Pak Ronggo di Sekarang GP ya.

    @ Abdee
    Sayang sekali pak Abdee, beliau sudah tiada, sehingga tidak ada proses kros cek, tentang hal ini. Nah yang lebih timbul tanda tanya, Sri Sultan IX meninggal tahun 1988, kemudian SU 1 Maret versi Soeharto terbit tahun 1989, apakah waktu hanya soal kebetulan? Menurut saya sudah terencana dan terplaning untuk menerbitkannya. Sumber:
    http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/ministers/popup_biodata_pejabat.asp?id=648

    @ Suhadinet
    Bener pak, kekuasaan itu sangat dahsyat, bisa membalik segala hal termasuk juga sejarah masa lalu. Ada selisih 1 tahun meninggalnya HB IX kemudian terbutnya buku versi Soeharto. Otomatis beliau tidak bisa meluruskan pada versi SU 1 Maret yang benar.

    @ Zalukhu
    Betul pak Zalu, sejarah harus jujur, meskipun sepahit apapun.

    @ Antown
    Tidak apa-apa pak Antown, itu no.telp saya, pak Ronggo hanya konfirmasi saja.
    Benar pak, kelihatannya banyak histori bangsa ini yang sudah terlanjur dibelok untuk selama lebih 30 tahun untuk dilulurusakan.

    @ qizinklaziva
    Iya pak, berdasarkan kronologisnya berbeda sehingga substansinya juga berbeda. Apalagi ini bukan hanya riwayat pribadi, tetapi juga menyangkut sejarah suatu bangsa. Sebagai seorang pemimpin seharusnya memberikan pernyataan yang objektif, namun karena untuk mencari keuntungan politis untuk menjadi “The living legend and just the only one” itu yg membikin sejarah jadi keluar rel.

    @ Latree
    Wakakakak….. Berarti Sri Sultan HB IX itu dulu rapat dengan seorang hantu…. Sebenarnya sudah ada revisi, namun revisi tersebut hanya menyangkut redaksional saja, ya apa artinya jika secara substansional juga tidak direvisi. Seperti kata G30S/PKI, sekarang dirubah menjadi G30S (tanpa PKI). Namun kronologi dan tafsir-nya tetap sama. Ya sama saja bo’ong yang mbak Latree.

    @ Rindu
    Seperti kuliah sejarah, namun ini nyata mbak Rindu. Punya bu dosen yang cantik gak, saya dikenalin, wakkakak….

    @ Yari NK
    Ya tentu saja pak yari, ilmu sosial berbeda dengan ilmu pasti. Kalau di dalam matematika maka 1+1=2 di mana saja dan kapan saja seperti itu, mungkin hanya rumus dan jalannya saja berbeda seperti 1+2+2=1. Kalau dalam ilmu hukum, ada 2 orang mencuri bareng, namun diproses oleh 2 pengadilan yg berbeda. Bisa keputusan pengadilan A untuk si A penjara kurungan 1,5 tahun sedangkan pengadilan B untuk si B penjara kurungan 1 tahun. Meskipun mencuri bersama pada barang yang sama, tetapi kontribusi kedua terdakwa tersebut kan berbeda.

    @ Harjo
    Mungkin begini pak Harjo, di dalam ilmu alam membahas alam sehingga objek yang menjadi pembenar adalah alam (benda, materi) sehingga sudut pandang penyelesaian permasalahan didasarkan pada materia (bahkan ada istilah paham materialisme). Mungkin ini hanya masalah sudut pandang saja, karena setiap bidang ilmu memiliki objek yang berbeda sehingga memiliki sudut pandang (teori yang dipakai) berbeda.

    @ Daniel
    Wah bener pak Daniel, memang dalam kontek politik kita harus melihat secara fair pola di dalam mainstream dan di luar mainstream. Nah, biasanya yang di luar mainstream ini yang lebih objektif. Saya lebih cenderung membuka website (.edu) dan (.org) dibandingkan dengan (.go). Kalau website (.go) lebih banyak manipulasi huehehe…. Sedangkan yang (.com) lebih suka yang press karena info fresh tetapi minim di pembahasan. Mungkin juga soal waktu, begitu lengser, maka terkuat semua bahwa yang dulu itu serba indah ternyata hanya lipstik dan make up saja.

  11. sejarah itu tidak sekadar hapalan tentang tahun dan peristiwa…
    buat saya “Sejarah seperti mengendarai sepeda, kita kan terjatuh jika kita berhenti mengayuh” maka kayuhlah terus…terus… dan terus! 😉

  12. @Harjo

    Teori Evolusi bukan sengaja untuk dimanipulasi (saya sudah bisa menduga pasti jika ada yang menyanggah tentang manipulasi ilmu alah adalah bidang Teori Evolusi Darwin), namun karena data atau penelitian mengenai evolusi manusia memang belum lengkap. Itu karena ilmu2 yang mendukung teori evolusi seperti ilmu genetika dan ilmu biologi molekular masih dalam tahap yang sangat dini. Dan ingat….. teori evolusi Darwin masih jauh dari sempurna!

    Namun…. pada saatnya nanti semua bisa melihat….. mana yang benar dan mana yang salah…karena ilmu alam pada hakekatnya adalah menemukan kebenaran bukan untuk dimanipulasi…… Saya sangat percaya Tuhan itu ada…. namun saya juga percaya dengan sains/ilmu alam sebagai ilmu ciptaan Tuhan (manusia hanya menemukan hukum2 ilmu alam dan menciptakan simbolnya)… dan saya (dan banyak ahli juga percaya) bahwa teori Darwin masih belum sempurna dan masih banyak memerlukan detail tambahan…. 🙂

  13. @ Italina89
    Begitu mbak ita, yang berkuasa maka akan menguasai, hal ini terjadi pada pemerintahan yang tidak didasari oleh asas demokrasi, sehingga tidak ada kontrol dari publik. Keputusan didasarkan pada semau gue, dengan seorang berkuasa penuh.secara terorganisir hukum di tangan pribadi.

    @ Daniel
    Kalau co.cc ya itu beda wakakak

    @ Manik
    Betul pak Manik, sejarah akan terus berjalan, namun harus diberitakan sesuai dengan fakta. Jika jalur yang ditempuh adalah rute A, B, C, D, ya beritakan bahwa kita menempuh jalur ABCD. Namun ternyata diberitakan ACD, kan sejarah menjadi palsu, baik kronologi maupun tentu substansi.

    @ Yari NK
    Teori Darwin dan Teori penciptaan alam semesta memang menjadi “Master of issue” dalam kontek yg mempertentangkan antara science vs agama. Saya pribadi tidak begitu tertarik dengan mempertentangkan antara science dengan agama, sebab ada dua frame yang berpijak pada dua sudut berbeda. Di dalam science harus ada metodologi dan pembuktian, sedangkan dalam agama itu for all itu Tuhan (titik). Nah, bukan hanya pak Yari, saya juga berTuhan dan punya agama, meskipun setiap hari naik motor berteknologi mesin, menggunakan teknologi komputer, teknologi internet, dan kalau sakit minum teknologi pengobat, huehehehe. Science mungkin mencari pembuktian mana yang benar begitu juga dengan ilmu sejarah. Jadi kalau ada pertentangan antara science vs agama, jangan-jangan justru bertukar tempat, siapa sih yang fakta dan siapa sih yang manipulasi fakta, huehehehe. :mrgreen:

    @ Musaddad
    Salam kenal pak musaddad, salam dari Semarang untuk sahabat-sahabat di Malaysia.

  14. humm…Sejarah masih dikendalikan oleh unsur Politik yang dengan sigap memanfaatkan celah “Subjektifitas” dari para pelaku / saksi Sejarah, hiek..miris ya..
    Jadi, sebenernya, gimana tho skenario Peristiwa 1 Maret?? fi masih binun…

  15. @Yari NK
    Mohon maaf pak, saya pada posisi yang tidak mendukung argumen yang mengatakan “teori darwin masih jauh dari sempurna”. Semakin sempurna bagi evolusionis, justru saya beranggapan, malah semakin jauh dari kebenaran. Beberapa contoh mengenai hal ini bisa dilihat di tulisan Kompas 13 Juni 2008 dan juga National Geographic edisi Juli 2008. Dan kalau saya tulis di sini, nanti yang punya blog keberatan karena akan terlalu panjang uraiannya. he he he…

  16. @Harjo

    Tidak penting anda percaya teori Darwin masih jauh di bawah sempurna atau tidak….. ( walaupun kenyataannya memang masih banyak Teori Darwin yang masih butuh banyak penjelasan…). Mengenai semakin jauh dari kebenaran, itu bisa saja terjadi, karena itulah proses ilmu pengetahuan, terkadang semakin jauh, terkadang semakin dekat dengan kebenaran. Seperti halnya Vitamin C, dulu Vitamin C dianggap aman 100% bagi tubuh, ternyata kemudian dalam percobaan lanjutan, ternyata dalam jangka panjang, megadosis vitamin C bisa merusak DNA, walaupun SEKALI LAGI belum tentu percobaan ini MENDEKATI KEBENARAN.

    Namun intinya bukan itu. Yang jelas adalah Teori Darwin tujuan utamanya (pertamanya) adalah untuk menjelaskan Asal Usul Manusia bukan untuk MENIADAKAN TUHAN terlepas dari benar tidaknya teori Darwin. Andaikata banyak pendukung2 Darwin yang tidak percaya TUHAN, itu karena mereka tidak bisa berfikir secara cermat. Dan pendukung Darwin sendiri masih banyak yang percaya Tuhan kok.

    Nah, beda dengan pemutarbalikan sejarah, kalau pemutarbalikan sejarah itu memang bertujuan untuk kepentingan kelompok tertentu atau penguasa. Got it?

  17. @ Ubadmarko
    Iya pak Ubad, dulu pun internet sama dengan pers kena bredel sana sini, hanya soal umur saja, begitu lengser ketahuan semua, pelan tapi pasti. Perlu diluruskan (revisi) setelah dibelokkan selama lebih dari 32 tahun.

    @ Pipiew
    Ini namanya mempolitisasi sejarah yaitu klaim atas sejarah untuk kepentingan politis, legitimasi kekuasaan, bahkan menjadikan seseorang itu si pahlawan, orang biasa, bahkan si penghianat. Nah salah satu cara analisis termudah yaitu, bahwa sejarah itu logis maka jika ada kejanggalan, pasti kemungkinan ada rekayasa yg tidak sesuai dengan fakta. Misalnya, saya seorang raja, tidak akan mungkin ada gerakan militer dan terjadinya perang apapun yg akan luput dari control saya sebagai pemilik teritorial di bawah kawasan saya. Logis kan mbak Pipiew. Kalau sampai luput dari pantauan saya kan dan bukan persetujuan saya kan tidak masuk akal. Begitu pula dengan SU 1 Maret.

    @ Tria
    Supersemar itu ada banyak versi, memang banyak yang tidak jelas pak Tria berkaitan dengan sejarah yang menapak pada orde regim 32 tahun itu.

    @ Harjo
    Tidak apa-apa pak Harjo, Silahkan, kita semua open mind, jadi blog ini blog terbuka untuk berbagai persepsi. Saya sebagai owner akan bertanggung jawab penuh atas setiap komentar di blog ini, baik komentar pendek maupun yang panjang.

    @ Yari NK
    Mungkin kebenaran akan terus berproses pak Yari.

  18. @Yari NK
    Saya sependapat dengan Bapak mengenai semakin jauh dari keberan. Semula saya memang beranggapan bahwa Teori tersebut hanyalah sebatas semacam (saya menganggap nya) pelajaran sejarah. Tetapi belakangan saya baru menyadari, bahwa dampaknya tidak sesederhana apa yg saya dan bapak pikirkan. Khususnya dikalangan evolusionis di sebuah milis tersebut, justru saya baru “ngeh” betapa bahayanya orang yg percaya mentah-mentah TE tersebut. Bahkan berani menghujat Tuhan. Saya juga baru “ngeh” juga bahwa atheis itu exis di Indonesia. Bahkan ada beberapa guru Biologi yang kekeuh bahwa Tuhan itu cuma isapan jempol, bahkan dihina (yg tidak perlu saya sebutkan disini). Termasuk juga penerjemah buku richard dawkin (seorang yg sangat taat beragama), yg oleh krn pekerjaannya itulah dia menterjemahkan buku tersebut. Justru tanpa disadari menjadi pendukung bagi banyak org yg atheis. Maka saya tidak berani menganggap bahwa TE adalah suatu hal yg biasa.

    Tujuan utama teori tersebut justru meniadakan eksistensi Tuhan. Meniadakan hakekat bahwa manusia adalah makhluk ciptaan. Nanti akan saya kutip perdebatan sy dengan org2 evolusionis di blog saya. Tetapi kalau waktunya sudah tersedia … he he he… Maaf, kalau ada kalimat yg menyinggung. Salam.

  19. @Harjo

    Sebenarnya kan di sini kita mempermasalahkan masalah ilmu alam dan ilmu sosial bukan Teori evolusinya.

    Simpelnya begini:

    Anggaplah bahwa manusia sudah maju, dan ilmu Biologi sudah bisa membuktikan secara solid 100% bahwa Teori Darwin salah (misalnya). Dan pada akhirnya terbukti di dalam ilmu Biologi bahwa penciptaan manusia sesuai dengan teori anti-evolusi (misalnya). Nah, tentu TIDAK ADA LAGI yang akan bisa dimanipulasi dari TEORI PENCIPTAAN MANUSIA tersebut karena sudah terbukti bahwa Teori Darwin telah gugur.

    Hal tersebut hampir sama terjadi 500 tahun yang lalu ketika Galileo Galilei mendukung teori Heliosentrisnya Copernicus yang menentang teori bahwa Bumi adalah pusat tata surya (bahkan alam semesta) atau teori Geosentris. Galileo dituduh menentang gereja dan siapapun yang mendukung Galileo waktu itu dianggap tidak percaya kepada Tuhan. Galileo bahkan sempat dihukum oleh gereja Katolik Roma waktu itu. Manusia waktu itu belum bisa membuktikan mana yang benar, teori Heliosentris atau teori Geosentris. Oleh karena itu masalah pusat tata surya ini bisa dimanipulasi.

    Kini, teknologi manusia semakin maju. Kini kita tidak perlu berdebat lagi mana yang benar, karena kita semua sudah tahu 100% bahwa teori Heliosentris yang benar dan masalah pusat tata surya ini tidak bisa lagi dimanipulasi kini.

    Oleh karena itu saya mau katakan bahwa, jikalau ilmu alam telah mencapai kesolidannya 100%, maka ilmu tersebut akan sangat sulit dimanipulasi. Kalau kita belum bisa membuktikan 100%, memang nampaknya ilmu alam masih bisa dimanipulasi namun kalau ia sudah mencapai kesolidan 100% maka ia akan sangat sulit dimanipulasi. Ini sesuai dengan hakekat ilmu alam sendiri yang merupakan ilmu eksakta.

    Jadi… sebenarnya saya bukan memasalahkan Teori Evolusinya. Mengerti? 🙂

  20. @Yari NK
    Setuju Pak. Dan saya mengerti apa yang Bapak maksudkan.
    😀
    Kembali kepada pendapat saya semula: bahwa menurut saya Teori Ilmu-ilmu Sosial, di mana ada ilmu sejarah di dalamnya, bisa dimanipulasi. Tergantung rejim yg berkuasa saat itu. Dan ujung-ujungnya kita akan menjadi penentang kepada teori yg belakangan ternyata keliru.
    Teori ilmu alam pun, dimana Teori Evolusi yg merupakan bagian dari sejarah alam ada di dalamnya. Pun penuh dengan manipulasi juga.

    Saya mengerti yg bapak maksudkan adalah ilmu alam dalam konteks di luar teori evolusi. Sementara saya menganggap ilmu alam tidak lepas dari sejarah alam, yang dipelajari dalam Teori Evolusi. He he he … maaf kalau saya salah menangkap.

  21. @harjo

    Sejarah alam sebenarnya bukan bagian dari ilmu Biologi atau sebaliknya. Karena memang dalam Biologi tidak ada (secara resmi) yang namanya ilmu sejarah alam. Dan sejarah alam (kalaupun ada) sebenarnya lebih masuk ke dalam ilmu sosial walaupun berhubungan dengan alam KARENA metode pendekatan ilmiahnya lebih mirip sejarah dibandingkan dengan ilmu alam. Atau biar adil boleh dikatakan hibrid.

    Pendekatan teori evolusi MENDATANG mungkin menggunakan ilmu genetika dan biologi molekular dan tidak akan diperlukan lagi sejarah alam dalam pemecahan teori evolusi di masa mendatang. Sejarah alam mungkin sekarang masih “diperlukan” dalam pendekatan teori evolusi karena memang (walaupun kini sudah maju) saat ini ilmu genetika dan biologi molekular tetap belum cukup maju untuk memecahkan tuntas masalah TE ini.

    Sama seperti ilmu geologi tentang pembentukan Bumi, di mana sekarang pendekatan kimia dan radiodating (penentuan usia bebatuan lewat isotop2 radioaktif) mendominasi pendekatan teori pembentukan Bumi (bukan sejarah pembentukan Bumi) walaupun tetap masih ada yang belum bisa dijelaskan tuntas.

    Yang jelas, kalau anda menanggap sejarah alam adalah bagian dari ilmu alam, yo monggo mawon, anda berhak saja. Yang jelas sejarah alam bisa dimanipulasi karena ada unsur pendekatan ilmiah ilmu sosial yaitu yang dinamakan sejarah. 🙂

  22. @ Yari NK dan Harjo
    Di dalam ilmu eksak rekayasa identik dengan eksperimen. Kita tidak akan bisa mengelak dari namanya rekayasa genetika, makan beras IR, durian montong, atau tanaman hias aglonema. Kemudian beberapa waktu yang lalu dikejutkan oleh adanya kloning biri-biri, sapi, anjing, dan seterusnya. Kita juga makan hewan ternak dari hasil rekayasa genetika, hanya soal waktu saja bahwa untuk masa-masa yang akan datang dunia akan dikuasai oleh regim rekayasa genetika. Saya yakin kloning manusia hanya soal waktu kapan akan terjadi. Jika ini dikaitkan dengan agama, maka apakah Tuhan sudah membutuhkan membutuhkan ruang ICCU untuk diselamatkan? Huehehehe… :mrgreen: Mungkin persepsi manusia terlalu sederhana dan simpel jika mengcounter kedua frame tersebut.

  23. @Yari NK dan Laporan
    Wah jadi panjang nih ceritanya ha ha ha …
    Saya ingin luruskan sedikit mengenai “sejarah alam”.
    Saya sendiri tidak setuju dengan istilah tersebut. Konotasi sejarah menunjukan bahwa peristiwa tersebut dulunya benar-benar terjadi. Padahal menurut saya tidak begitu kejadiannya. Itu sebabnya saya pun setuju jika kita tidak menggunakan istilah sejarah alam. Sebagaimana yang digunakan pula pada beberapa nama museum-museum di luar negeri. Berbeda dg di Indonesia yg hanya menyebut Museum Zoologi.
    Sejarah yg saya maksudkan di sini adalah:
    Bahwa TE itu kita terima sebagai pelajaran sejarah yaitu bagaimana sejarah pola pikir orang-orang jaman dulu terhadap ilmu yang saat ini sedang digeluti di sekolah-sekolah termasuk PT, sehingga melahirkan yang namanya TE. Dan saya hanya menganggapnya sebagai sejarah, tidak lebih, yaitu sejarah bagaimana pola pikir mereka terhadap perkembangan ilmu Biologi termasuk cabangnya, Evolusi.
    Mengenai teori pembentukan bumi pun saya punya catatan tersendiri. Teori tersebut lagi-lagi dibangun oleh paradigma pemilkiran evolusi. Untuk ini saya tidak mau bahas, pasti panjang lagi ceritanya he he he…
    TE menurut evolusionis memang bisa dibuktikan oleh berbagai macam disiplin ilmu, di antaranya oleh Genetika, Embriologi, Anatomi perbandingan, biokimia, struktur kromosom, penyebaran geografik, palaentologi, dsb.
    Dalam sebuah milis sudah saya jelaskan penolakan saya atas bukti-bukti yg dikemukakan tersebut. Tetapi sejauh ini hanya baru sebatas dari sisi Embriologi dan Palentologi, yg lainnya masih belum (Belum ada waktu, sebab membahas ini cukup menyita waktu, sementara saya statusnya masih kuli, bisa2 dipecat oleh bos he he he). Nanti akan saya tuliskan diblog saya atas ketidaksetujuan saya atas tulisan Kompas yg 13 Juni 2008, terkait dengan Sejarah si Eugene Dubois dan National Geography edisi Juli 2008, tentang Geologi.
    Mengenai rekayasa Genetika, klonning, dsb tidak membuktikan apapun tentang Evolusi.

  24. @ Zoel
    Betul pak zoel, sejarah bangsa jangan sampai dilupakan.

    @ Harjo
    Apakah Pak harjo memiliki pandangan bahwa alam semesta dan bumi seisinya tercipta dalam sekejap tiba2 dan tanpa melalui proses kronologis?

  25. Ini diskusi paling seru yang pernah kuikuti dalam sebuah blog. Ada argumen. Cerdas! Tidak asal njeplak.

    Mas Aryo, diwadahi saja. Tidak perlu dihentikan. Tapi Njenengan moderatorya lho ya. Asal tetep pada rel.

    Monggo… Aku menyimak.

  26. @ Panda
    Merdeka pak!

    @ Daniel
    Weh, menjadi bahan tontonan hiks.

    @ Harjo (di Charles Darwin)
    Nah sepertinya memang terbukti bahwa ada dua frame yang memiliki arah bersebarang, di satu frame Darwin dan lainnya memiliki orientasi pada alam, Darwin salah satu tokoh para naturalist. Di frame yang lain mendasarkan pada religius, lebih kepada orientasi “langit”. Nah gelar ateis melekat pada naturalist dan gelar teis melekap pada kaum langitist. Yang satu materia observer, yang satu beliefer. Nah pak harjo berdiri pada posisi beliefer dan memberi statement bahwa kaum naturalist adalah ateis dan TE hanya khayalan belaka. Bagaimana jika mereka balik memberikan statement, bukankah kaum religi yang justru suka berkhayal.

  27. @harjo

    Wah… sepertinya harus dipersempit topiknya biar tidak menurunkan kualitas diskusinya hehehe….. Sebenarnya saya tidak memasalahkan TE-nya.

    Tapi saya akan memberikan pandangan saya mengenai TE. Bagi saya TE atau yang anti teori evolusi (ATE) masing2 mempunyai sanggahan sendiri2 yang ilmiah. Namun, menurut SAINS (bukan menurut saya lho) kelompok yang mendukung TE lebih unggul. Kenapa? Sebab TE sudah melahirkan sebuah teori, sementara yang ATE belum melahirkan sebuah teori yang solid. Yang ATE baru menelorkan argumen2 lewat potongan2 ilmiah saja. Kalau menurut SAINS yang sudah menelorkan teori tentu derajadnya lebih tinggi. Tentu teori di sini bukan teori seperti: “MANUSIA DICIPTAKAN DARI MANUSIA JUGA ATAU NABI ADAM’ atau ‘MANUSIA DICIPTAKAN OLEH TUHAN’ kalau seperti itu sih nenek2 overdosis juga tahu hehehe…... Maksudnya di sini tentu teori yang lebih spesifik lagi. So, jikalau KELOMPOK yang ATE ingin lebih unggul dibandingkan dengan kelompok TE di mata sains, tentu kelompok yang ATE harus bisa melahirkan teori YANG SOLID yang menggugurkan TE jangan hanya lewat argumentasi2 saja.

    Nah, menurut saya pribadi, memang ilmu Biologi terus berkembang, sejalan dengan berkembangnya ilmu Biologi bisa jadi ia mendukung TE atau bisa jadi malah menggugurkan TE.

    Nah, saya finalkan pendapat saya mengenai TE. Sekarang lebih fokus ke inti permasalahan:

    Nah, seperti saya katakan sebelumnya adalah bagian ilmu alam yang bisa dimanipulasi adalah bagian yang menyangkut sejarahnya saja. Kenapa? Karena pendekatan ilmiah sejarah bukan melalui data2 observasi dan penelitian sedangkan ilmu alam pendekatan ilmiahnya adalah melalui data observasi dan penelitian. Data observasi dan penelitian apa nggak bisa dimanipulasi?? Bisa saja…… tapi tentu ia akan melahirkan teori atau rumusan yang salah. Jikalau ia melahirkan teori dan rumusan yang salah maka ia menjadi teori atau rumus yang tidak berguna. Kalau ia menjadi teori atau rumus yang tidak berguna, maka ia tidak akan bisa diaplikasikan ke dalam bidang engineering.

    So, jadi kesimpulannya adalah karena “jiwa” ilmu alam adalah lewat observasi dan penelitian maka ilmu tersebut sukar untuk dimanipulasi. Sementara ilmu (atau bagian ilmu) yang didapat tidak melalui observasi dan penelitian (seperti sejarah), bagian inilah yang mudah dimanipulasi.

    Ok…. sampai jumpa besok, silahkan merespons dengan lebih terfokus, saya hari ini mau ke Jakarta bersama keluarga menghadiri undangan, mungkin akan saya lihat lagi (Insya Allah) jawabannya esok hari.

  28. hehe… Soeharto emang pengikut ajaran Machiaveli sejati.. jd sgala cara akan ditempuh untuk melanggengkan kekuasaannya.

    dan sejarah emang milik Penguasa..:)

  29. sama dengan keadilan terhadap penjahat perang, yang menjadi penjahat perang pasti yang kalah..

    kemudian pemberontak dan pahlawan, seandainya Indonesia
    masih dijajah oleh belanda samai sekarang, mungkin bungkarno akan ditulis dalam sejarah sebagai pemberontak, bukan pahlawan..

    sanana di timur-timur, sendainya timur-timur tidak merdeka, mungkin sanana dalam sejarah disebut pemberontak..

    dalam sejarah keluargaku juga, ibuku mungkin akan menulis bahwa anaknya orang yang paling cakep.. 🙂

    Hmm begitulah dunia..

  30. @ Yari NK
    Oleh-olehnya pak Yari.

    @ SSS
    Betul pak slamet, penguasa itu suka mbolak-mbalik sejarah sesuka dirinya.

    @ Aliefte
    Hiks hiks, kalau sejaman mungkin Machiavali bisa dijadikan mantu. wakakak

    @ Moso
    Ini dari jakarta.

    @ Scouteng
    Bener pak, sejarah milik yang menang, Kalau Saddam Husein menang, maka dia menjadi pahlawan, begitu sebaliknya. Namun kalau dengan negara lain, repotnya kalau sebangsa dan setanah air.

    @ Arul
    Wah pak arul, maaf atas ketidaknyamannya. Soalnya kalau dibuat besar jadi besar sekali. Ini saya pakai huruf book antique 10. Sudah saya coba pakai 11 dan 12 malah jadi besar-besar hurufnya, gimana ya. Saya sendiri juga pusing kalau posting.

  31. udah bisa sedikit kebaca *btw koq ngak pake huruf yang normal aja pak? *
    oia… memang sejarah tergantung orang yang menuliskan sejarah itu 😀

Tinggalkan Balasan ke Zalukhu Batalkan balasan